Senin, 17 Desember 2012

Perkembangan Musik barat


    Sejarah perkembangan musik Barat dibagi menjadi beberapa periode. Periodisasi itu adalah sebagai berikut.

Zaman Kuno
 Sebelum ditemukan alat-alat musik, hampir seluruh karya musik hanya berbentuk melodi yang dinyanyikan dengan suara manusia sehingga zaman ini disebut zaman musik vokal. Gereja menolak alat-alat musik dalam peribadatan karena dianggap mengganggu suasana beribadat.

Ketika Paus Gregorius I menjabat pimpinan gereja, mulailah diadakan reorganisasi liturgi Katholik dan dimulailah penggunaan musik gregorian sebagai musik resmi gereja Katholik. Bentuk musik gregorian berupa melodi yang dinyanyikan tanpa iringan musik sehingga tekstur lagu-lagu Gregorian lebih bersifat sakral dan hanya dimaksudkan untuk meningkatkan mutu dalam ibadah keagamaan. Lagu-lagu Gregorian mampu menimbulkan suasana tenang, mampu mewakili suara gereja yang sebenarnya. Ritme lagu-lagu Gregorian sangat fleksibel, hampir tidak ada tekanan. Kebebasan ritme yang dikembangkan oleh musik Gregorian menjadikan musik Gregorian mengambang dan hanya mengandalkan improvisasi.
Zaman Renaisans
Karya musik pada zaman Renaisans banyak dipengaruhi oleh bentuk ruangan gereja yang besar dan kedap suara, sehingga faktor-faktor kejernihan, kelembutan, dan keseimbangan suara merupakan ciri khusus.  
Ciri-ciri yang terdapat pada karya-karya pada zaman Renaisans adalah sebagai berikut.
a.       Media Penyajian
Permainan musik iringan banyak diperuntukkan bagi penari dan vokalis perorangan. Lagu-lagu koor gereja sebagian besar berbentuk akapella. Alat-alat musik yang digunakan, antara lain mandolin, lute,harpsicord, hord, clavichord, virginal, keyboard, cornet, dan organ pipa.
b.      Ritme
Hampir sebagian besar karya musik zaman Renaisans ditandai dengan ketukan bertekanan berat. Karya musiknya sering terjadi pergantian tanda tempo dan birama yang berlebihan.
c.       Melodi
Gerakan melodi pada zaman ini masih banyak menggunakan langkah-langkah pendek seperti yang digunakan oleh musik gregorian. Melodi untuk suara tenor digunakan nada panjang.
d.      Tekstur
Teksturnya berbentuk poliponik dengan susunan empat suara atau lebih. Pada akhir abad ke-16, suara sopran berperan lebih besar. Harmoni yang banyak digunakan berbentuk triad pokok.
e.      Pola
Pada zaman Renaisans, karya musiknya banyak diciptakan dalam bentuk dan pola, antara lain motet, missa, madrigal, passion, fantasia, dan toccaca. Pola pembentukan phrase sangat panjang sehingga penyanyi-penyanyi dituntut memiliki teknik pernapasan yang prima.
Tokoh musik pada zaman Renaisans, antara lain sebagai berikut.
a.       Karya Geovanni Pierlugi da Palestrina (1525 - 1594) antara lain Missa Papae Marcelli dan Motet Adoremus te Christe.
a.       Karya Orlandus Lassus (1532 - 1594) antara lain Penetensial Psalms, Motet Tristis Estanimame, danMadrigal O Che Bon Echo.
b.      Karya Giovanni Gabrielli (1557 - 1623) antara lain Sonata Piano E Forte dan Gantonas for Bass Choirs.


Zaman Barok
 Zaman Barok dimulai setelah abad ke-16 dan sering disebut sebagai awal Gaya Modern. Bentuk baru yang menyangkut instrumentasi, metode maupun sumber ide garapan mulai mengalami revolusi meskipun bentuk dan gaya zaman Renaisans masih tampak di sini. Pada abad ke-18, gaya Barok murni dapat terwujud dengan sempurna.
Bentuk opera mulai disuguhkan untuk khalayak ramai, sedangkan khusus untuk konser masih terbatas untuk kalangan bangsawan. Bentuk-bentuk homoponik mulai muncul di mana-mana. Tangga nada mayor dan minor yang dikembangkan sejak zaman Renaisans mulai dengan sengaja disatukan penggunaannya terutama di dalam penggarapan musik instrumental.
Ciri-ciri yang terdapat pada karya zaman Barok adalah sebagai berikut.
a.       Media Penyajian
Peranan musik instrumental pada zaman ini berkembang dengan pesat. Di dalam orkhestra, musisi mulai menggunakan alat-alat musik flute, hobo, basson, keyboard, dan alat musik petik. Dalam pentas resmi atau apresiasi musik, alat-alat musik, seperti viola dan gamba, viola diamore, dan trompet merupakan tolok ukur bagi kelompok-kelompok musik.
b.      Ritme
Musik vokal resetatip dan kontra menggunakan ritme bebas. Aksentuasi dilakukan karena perubahan harmonis dan nada-nada lang dalam iringan. Zaman Barok banyak karya musik yang didasarkan pada satu pola ritme dan pemakaian satu tempo yang tampak sangat monoton.
c.       Melodi
Melodi zaman Barok sangat menarik perhatian bila dibandingkan dengan bentuk poliponik zaman Renaisans. Melodi zaman ini selalu mengalir, kadang menggunakan ornamentasi di luar akor iringan. Melodi banyak menggunakan teknik repetisi serta teknik modifikasi dari motif asli. Kalimat-kalimat lagu yang penuh perasaan sering dilukiskan dalam bentuk akor-akor disonan.
d.      Tekstur
Awal zaman Barok masih banyak kita jumpai bentuk homoponi, tetapi memasuki dekade berikutnya sudah penuh dengan sonoritas dan kontrapung. Salah satu ciri umum pada zaman Barok adalah pemakaian alat musik basso continuo atau figure bass.
e.      Pola
Bentuk-bentuk passion, fantasia, dan toccata masih dilanjutkan zaman Barok. Namun, bentuk-bentuk opera, oratorio, cantata, sonata, concerto grosso, dan overture sudah mulai menjadi mode.
 Tokoh musik pada zaman Barok adalah sebagai berikut.
a.      Karya Johan Sebastian Bach (1685 – 1750) antara lain Oratorio Christmas and Easter, Misa in B Minor, Passion According to St. Mathew, dan The Magnificat in D.
b.      Karya Jean Babtisme Lully (1632 – 1687) antara lain The Miserere dan Opera Gadmus et Hernione.
c.       Karya George Frederick Handel (1625 – 1775) antara lain Meziah, Judas Maccabaeus, Israil Egypt, danOpera Julius Caesar and Xerxes
.
Zaman Klasik (1740 - 1770)
 Zaman klasik adalah zaman kemegahan kebudayaan Yunani atau Romawi, dan zaman di mana orang mengagungkan akal.
Karakteristik musik pada zaman Klasik, yaitu sebagai berikut.
a.       Bentuk : musik kamar menjadi mode dalam bentuk sonata.
b.      Tekstur : bersifat homopon.
c.       Melodi : gaya melodi bersifat kompak dan memiliki kesamaan tema.
d.      Harmoni : kurang kompleks, cenderung banyak menggunakan trinada.
e.      Improvisasi : mulai hilang, semua tanda-tanda frase, dinamik, ornamentasi, dan akor ditulis    lengkap.
Tokoh musik pada zaman Klasik adalah sebagai berikut.
a.       Karya Joseph Haydn (1732 – 1809) antara lain The Missa Solemnis in D minor, The Cello Conserto in D. op 101, dan The Creation and the Season.
b.      Karya Wolfgang Amadeus Mozart (1756 – 1791) antara lain The Magic Flute, Don Giovanni, dan The Meriage of Figaro.
c.       Karya Ludwig Von Beethoven (1770 – 1827) antara lain Symphoni No. 3, The Conserto in D for Violine, danMissa Soleonsis in D op 123.
Zaman Romantik
 Zaman Romantik ditandai dengan kegiatan musik yang lebih menitik-beratkan pada penggarapan pada pemanfaatantimbre, ritmik, melodi, dan harmoni.
Karya-karya musik pada zaman Romantik lebih mengutamakan pada garapan emosional dan dramatis. Memasuki abad ke-19, bentuk-bentuk musik pada zaman Klasik didominasi oleh program-program resital maupun konser.
Ciri-cirinya yang terdapat pada karya zaman Barok adalah sebagai berikut.
a.    Media Penyajian
Karya musik pada zaman Romantik selalu dipertunjukan pada gedunggedung konser dan opera maupun tempat-tempat pertunjukan khusus. Musik gereja masih mendominir sebagian besar kegiatan masyarakat. Penyajian nyanyian tunggal dengan iringan piano merupakan teknik penyajian yang sangat digemari oleh masyarakat luas. Orkestra zaman Romantik mulai didominir oleh alat musik gesek yang ditambah dengan picolo, clarinet, horn, trombon, tuba, harpa, dan beberapa alat musik pukul.
b.    Ritme
Ritme yang mendukung ide serta ekspresi seseorang makin lengkap. Denyutan-denyutan ritmik, perubahan matra, sinkopisasi dalam berbagai pola mulai menjadi mode. Pembuatan partitur selalu dilengkapi tanda-tanda tempo berbagai modifikasinya serta tanda-tanda ekspresi.
c.    Melodi
Pembuatan melodi untuk vokal sangat dipengaruhi oleh gaya pembuatan melodi instrumen.
d.    Tekstur
Tekstur zaman Romantik sebagian besar berbentuk homophonik yang sudah dikembangkan dengan pemakaian akor-akor disonan, ornamentasi, dan teknik kontrapung secara bebas.
e.    Pola
Pada zaman Romantik pembentukan karya musik bentuk garapannya rhapsodi dan usaha-usaha musikalisasi puisi. Karya-karya yang berbentuk instrumental merupakan salah satu tolok ukur (standar) perkembangan musik zaman Romantik karena zaman ini kaya harmoni serta lagu klimaks.
Tokoh musisi pada zaman Romantik adalah sebagai berikut.
a.    Karya Franz Schubert antara lain Unfinished Symphony, C Mayor Symphony, The Great, dan Death and the Maiden.
b.    Karya Felix Mendelson (1809–1847) antara lain Scotch, Italian and Reformation, Eliyah, dan A Midsummer Night’s Dream.
c.    Karya Franz Lizt (1811–1886) antara lain Faust Symphony, Funerailles, Sonata in B minor, dan Hungarian Rhapsodies.
d.    Karya Peter Ilich Tchaikvsky (1840–1893) antara lain Pathetique no. 6, Piano concerto in B Flat Minor, dan Romeo and Juliet.
e.    Karya Antonin Dvorak (1814–1907) antara lain Symphony No. 5 (From the World) dan String Quartet in F Mayor.
f.     Karya Richard Wagner (1813–1883) antara lain Lohengrin, Die Meister Singer, Tannhauser, dan Tristan und Isolde.
g.       Karya Johannes Brahms (1833–1897) antara lain Symphony No. 3, German Requiem, The Double Concerto for Violin and Celo, Hungarians Dances, dan Overture The Academic Festival and the Tragic.
Zaman Impresionisme
Karya-karya musik pada zaman Impressionisme ditandai oleh penggunaan akor-akor disonan yang waktu itu dianggap menyimpang dari kaidah yang telah mapan di masyarakat. Paduan nada yang kurang disenangi masyarakat justru menjadi mode khususnya untuk menutup suatu kadens.
Berikut ini merupakan karakter yang ada pada zaman ini Impressionisme.
a.       Media Penyajian
Penggunaan alat musik flute dan klarinet selalu diarahkan untuk suara beregister rendah, sedangkan violin untuk register tinggi. Di samping itu, alat-alat musik trompet, horn, selesta, dan glokkenspiel mulai digemari untuk memainkan kalimat lagu pendek.
b.      Ritme
Sebagian besar karya-karya pada zaman Impressionisme ditandai dengan gerakan akor-akor paralel. Bahkan, mulai kelihatan kegemaran masyarakat dengan pemakaian akor-akor sembilan dengan denyutan-denyutan bas dari akor sustain.
c.       Melodi
Pada zaman Impressionisme ditandai dengan penggunaan melodi dan tangga nada yang dipengaruhi oleh musik gamelan.

Tokoh musik pada zaman Impressionisme adalah Acille Claude Debussy (1862–1918) dengan beberapa karyanya yang terkenal, antara lain L’enfant Prodique dan Pelleas et Melisande.

Musik India


MUSIK INDIA

A. Sejarah Perkembangan Musik India
   Musik India, perkembangan musik India dimulai kira-kira sejak abad ke-2 setelah masehi. Bangsa Arya yang bermigrasi ke India membawa pengaruh yang besar terhadap perkembangan musik di India. Musik bagi bangsa India memiliki arti tersendiri, yang pengaruhnya sangat besar terhadap magis, religius, kesusastraan, ilmu, dan seni lainnya.
Permulaan dan inspirasi bagi musik India adalah memuja para dewa dan dewi. Menurut legenda, dewa Shiwa yang menciptakan suara, irama, dan tari-tarian yang lalu Ia turunkan lewat orang bijak dan diajarkan kepada manusia. Seorang guru yang bernama Narada adalah seorang musisi spiritual dan penyanyi yang menulis buku risalah tentang musik naradasiksa. Guru bernama Barata yang menulis Natyasastra yang berisikan tentang musik, tarian dan drama.
   Sebuah tradisi yang sejak dulu tidak tertulis sangat sulit untuk dilacak untuk dievaluasi. Namun sumber-sumber musik India kuno dapat ditemukan di Sarna Verda. Berisikan ikhtisar dari nyanyian-nyanyian yang dinyanyikan jaman dulu oleh pendeta brahma kepada dewa-dewi vedic.(sekitar 100 – 600 BC) Sarna Verda juga menjelaskan tentang 7 not dalam scale dan 3 macam instrumen. Yaitu Vina (instrumen musik dengan 7 senar), Veni (suling), dan dundubhi (drum).
    Setelah periode vedic, memasuki periode klasik India muncul adanya teori mengenai grama (scale), murchanna (modes), dan jati (spesies). Musik secara bertahap menjadi lebih terarah dan kompleks.sebelum era Kristen musik telah berkembang sebagai musik sekuler di India.
    Kehadiran agama islam juga sangat berpengaruh terhadap perkembangan musik di India di mana terjadi peleburan dua budaya yang berbeda yaitu India dengan budaya Persia, Arabia, sampai Mesir. Jenis musik baru dan alat musik baru bermunculan. Di era inilah instrumen Vina berkembang menjadi Sitar. Salah satu hal yang paling menarik dari perkembangan musik di periode islam adalah penggabungan seni musik dengan seni lukis.

B. Ragam Musik India
Tradisional
Klasik
Modern

C. Sistem Nada Musik India
    Semenjak abad ke-19 India memiliki susunan tangga nada yang tetap. Dalam satu oktaf telah ditetapkan terbagi menjadi 22 syurti ( interval ) yang tidak sama. Deretan nada pokok pada musik India ada 2, yaitu sa-grama dan me-grama. Masing-masing dari deretan nada pokok tersebut memiliki tujuh nada yang dapat dinaikkan atau diturunkan dengan berbagai cara.

D. Alat Musik India
Ada beberapa macam alat musik India antara lain :

 Esraj
Ø
 Sitar India
Ø
 Tabla
Ø
 Tambura
Ø
 Jalandhar Tumbi
Ø

E. Contoh Lagu India
 Kuch-kuch hota hei
Ø
 Dil kya kare
Ø
 Barso re
Ø
 Des Rangila Rangila
Ø
 Chanda chamke cham cham
Ø


F. Tokoh Musik (penyanyi) India

Beberapa tokoh musik India antara lain :
 Syahrul kahn
Ø
 Subbulakshmi M S
Ø
 Seshagopalan T N
Ø
 Sudha Raghunathan
Ø
 Unnikrishnan P
Ø
 Balamurali Krishna
Ø

Gara - gara Gitar 'Made in Indonesia'


Gara- gara Gitar ‘Made in Indonesia’

    Gitar produk dalam negeri menginspirasi musisi Rusia. Ada pula yang menamai band karena bencana tsunami di Aceh. Bagaimana kisahnya?





    Sekelompok anak muda Rusia membentuk grup band metal di tahun 2007. Suatu ketika, saat asik latihan mereka ingin mencari nama band yang enak didengar. Ketika sedang hangat berdiskusi, seorang anggota band melihat bahwa gitar mereka made in Indonesia. “Ini dia nama yang cocok untuk grup band kita, Indonesia!” 
 
    Mereka terdiri dari empat personel: Coal yang berperan sebagai vokalis dan gitar, Santa bermain pada bass, Demian pada gitar serta Charlie pada drum dan perkusi.


 
    Sejak terbentuk lima tahun lalu, group heavy metal bernama "Indonesia" itu sudah malang melintang mengikuti berbagai konser musik rock di berbagai tempat di Rusia. Pada tanggal 8 Juni 2011 misalnya, Indonesia tampil sebagai band pembuka saat grup band asal AS All That Remains melakukan tur di Saint Petersburg.
 
     Selain urusan merek gitar, mereka juga berpandangan bahwa Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau dan budaya adalah refleksi dari musik yang memiliki jutaan warna dan rasa. Akhirnya, secara aklamasi dideklarasi nama Indonesia dipakai sebagai nama band. “Nama Indonesia eksotik, negaranya juga eksotik seperti halnya musik,” ujar Demian.
 
“Meskipun saya belum pernah ke Indonesia, tapi pengetahuan kami mengenai Indonesia juga kami dapatkan dari orang tua kami yang pernah berkunjung ke Indonesia 20 tahun yang lalu” ujat Santa.

 
Sumatra
 
    Peristiwa bencana alam tsunami bulan Desember 2004 yang melanda Pulau Sumatera, menyisakan rasa simpatik yang mendalam bagi sekelompok pemuda Rusia. 
 
    Enam orang pemuda Rusia di Moskow mengabadikan nama “Sumatra” menjadi nama sebuah kelompok musik beraliran extreme metal.

 

    Alik Galstyan, anggota Sumatra yang saat itu duduk di bangku sekolah kelas 11 (kelas 2 SMA) mengetahui pemberitaan bencara tsunami dari siaran televisi selama berhati-hari. Hatinya gundah lalu mencari tahu melalui internet apa dan dimana “Sumatra” berada. 
 
    Nah, saat Alik dan teman-teman kelompok musiknya tengah mencari sebuah nama untuk grup musiknya, serta merta ia mengusulkan nama “Sumatra”. 
 
“Kata tersebut indah didengar, tidak sulit diucapkan dan mudah diingat,” katanya.
 
    Usulan Alik tidak serta merta diterima oleh rekan-rekannya yang juga mengusulkan nama-nama lain. Perdebatan terjadi. Namun Alik bersikeras dengan usulannya dan mengatakan kepada teman-temannya jika tidak menerima usulannya maka mereka dipersilahkan membentuk kelompok musik lain, sementara dirinya tetap dengan nama “Sumatra” dan akan mencari personil pengganti. 
 
    Akhirnya teman-teman Alik mengalah. Mulai 21 September 2005 nama Sumatra mulai dikibarkan sebagai band extreme metal.
 
    Mereka sudah menelorkan beberapa album, seperti “The Sixth Circle” (2008) dan “Heliocratic Infinity” (2009).

Sejarah Musik Bagian 2


Sejarah Musik Bagian 2


Sejarah Musik Klasik sejak Musik Gregorian tahun 590
     Musik Klasik dimulai dengan penemuan Notasi Gregorian tehun 590 oleh Paus Agung Gregori, berupa balok not dengan 4 garis, namun notasi belum ada hitungannya. Paus Gregory semasa hidupnya telah mencatat lagu-lagu Gereja dengan Notasi Gregorian tersebut. sebelum tahun 590 musik mengalami kegelapan tidak ada peninggalan tertulis yang dapat dibaca.

Notasi Gregorian Tahun 590
     Notasi musik lahir pada tahun 590 yang disebut Notasi Gregorian, yang ditemukan oleh Paus Agung Gregori, di mana sebelumnya musik mengalami kegelapan tidak ada peninggalan tertulis. Pada masa hidupnya Paus Gregori telah menyalin ratusan lagu-lagu Gereja dalam Notasi Gregorian tersebut. Notasi ini memekai 4 garis sebagai balok not, tetapi belum ada notasi iramanya (hitungan berdasarkan perasaan penyanyi. Di sini sifat lagu masih sebagai lagu tunggal atau monofoni.

Musik Organum 1150-1400
     Pada awalnya orang menyanyi dengan nada yang sama, atau disebut dengan organum, nada atas dinyanyikan oleh wanita atau anak-anak, sedangkan nada rendah dinyanyikan oleh laki-laki. Di sini terjadi susunan lagu berjarak oktaf, suara tinggi (wanita/anak-anak) dan suara rendah (laki-laki).

Musik Diafoni 1400-1600
     Ternyata tidak semua dapat mengikuti suara tinggi atau suara rendah.Oleh sebab itu diputuskan untuk membuat suara yang kuart lebih rendah mengikuti melodi, kuart tinggi maunpun kuart rendah, dan musik yang demikian ini disebut musik diafoni (dia=dua, foni=suara).

Basso Ostinato Tahun 1600
    Orang-orang Italia pada tahun sekitar 1600 menemukan apa yang disebut Basso Ostinato atau Bass yang bergerak gendeng atau gila, berupa rangkaian nada-nada yang bergerak selangkah demi selangkah ke bawah atau ke atas, kemudia diulang pada rangkaian nada lain.

Musik Polifoni Era Barok 1600-1750
    Ternyata suara yang mengikuti sama dengan melodi menjadi membosankan, maka mulailah suara tidak bergerak secara sejajar, maka mulailah dengan arah yang berlawanan. Komponis Giovani Perluigi da Palestrina (1515-1594) adalah perintis tentang hal ini, dan disusun teori mengenai musik melodi banyak (polifoni), sehingga setiap nada atau titik (punctus=point) bergerak secara mandiri atau berlawanan (counter), di sinilah lahir teori kontrapun (counterpoint=kontrapunt). Johan Sebastian Bach (1685-1750) adalah salah satu empu musik polifoni dengan teknik kontrapun yang sangat tinggi, karema disusun seperti matematik. Hampir semua komponis Era Barok (1600-1750) menyusun dengan teknik kontrapun, misalnya George Frederic Handle dari Inggris, Jean Remeau dari Pernacis, Correli dari Itali, dlsb. Lagu rakyat dengan gaya polifoni adalah Papa Yakob.
Pada awalnya orang menyusun dengan Kontrapun Terikat atau Strict Counterpoint, namun kemudian menadapat kebebasan berdasarkan teori Kontrapun Bebas atau Free Counterpoint.

Musik Homofoni Era Klasik 1750-1825
    Selanjutnya pada Era Klasik (1750-1825) ditemukan susunan akord yang berdasarkan trisuara (triad), selanjutnya berkembang dengan empat suara atau lebih. Musik yang demikian ini disebut Musik Homofoni, sehingga kontrapun menjadi variasi melodi yang kontrapuntis.

Musik Klasik Era Romantik 1820-1910
    Hampir tidak banyak perubahan dalam kontrapun dan harmoni secara fundamental pada Era Romantik (1820-1910), namun ada kemajuan dalam orketrasi lengkap (dengan penemuan alat musik). Era ini adalah yang terakhir dan masih dapat diterima dengan pendengaran masyarakat umum. Terutama pada musik opera, musik balet, dan walsa wina.

Musik Klasik Modern 1910-sekarang
    Musik Modern dengan Musik Atonal dan Politonal telah jauh dari penggemar musik yang menyenangi musik konvensional, karena suara yang disonan dan irama yang tidak teratur membutuhkan konsentrasi dalam mendengar.

Sejarah Musik


Musik

  
  Musik adalah suara yang disusun demikian rupa sehingga mengandung irama, lagu, dan keharmonisan terutama suara yang dihasilkan dari alat-alat yang dapat menghasilkan bunyi-bunyian. Walaupun musik adalah sejenis fenomena intuisi, untuk mencipta, memperbaiki dan mempersembahkannya adalah suatu bentuk seni. Mendengar musik pula adalah sejenis hiburan. Musik adalah sebuah fenomena yang sangat unik yang bisa dihasilkan oleh beberapa alat musik.
Sejarah
Musik dikenal sejak kehadiran manusia modern Homo sapien yakni sekitar 180.000 hingga 100.000 tahun yang lalu. Tiada siapa tahu bila manusia mula mengenal seni dan musik. Dari penemuan arkeologi pada lokasi-lokasi seperti pada benua Afrika sekitar 180.000 tahun hingga 100.000 tahun dahulu telah menunjukkan perubahan evolusi dari pemikiran otak manusia. Dengan otak manusia yang lebih pintar dari hewan, mereka membuat pemburuan yang lebih terancang sehingga bisa memburu hewan yang besar. Dengan kemampuan otak ini, mereka bisa berpikir lebih jauh hingga di luar nalar dan mencapai imajinasi dan spiritual. Bahasa untuk berkomunikasi telah terbentuk di antara mereka. Dari bahasa dan ucapan sederhana untuk tanda bahaya dan memberikan nama-nama hewan, perlahan-lahan beberapa kosa kata muncul untuk menamakan benda dan nama panggilan untuk sesorang.
Dalam kehidupan yang berpindah-pindah, mereka mungkin mendapat inspirasi untuk mengambil tulang kaki kering hewan buruan yang menjadi makanan mereka kemudian meniupnya dan mengeluarkan bunyi. Ada juga yang mendapat inspirasi ketika memperhatikan alam dengan meniup rongga kayu atau bambu yang mengeluarkan bunyi. Kayu dibentuk lubang tiup dan menjadisuling purba.
Manusia menyatakan perasaan takut mereka dan gembira menggunakan suara-suara. Bermain-main dengan suara mereka menjadi lagu, hymne atau syair nyanyian kecil yang diinspirasikan oleh kicauan burung. Kayu-kayu dan batuan keras dipukul untuk mengeluarkan bunyi dan irama yang mengasyikkan. Mungkin secara tidak sengaja mereka telah mengetuk batang pohon yang berongga di dalamnya dengan batang kayu yang mengeluarkan bunyi kuat. Kulit binatang yang mereka gunakan sebagai pakaian diletakkan pula untuk menutup rongga kayu tersebut besar menjadi gendang.
Prasejarah
Prasejarah musik hanya dapat berteori berdasarkan temuan dari situs arkeologi paleolitik. Seruling Merupakan alatmusik yang seing ditumakan pada jaman pra sejarah dan bentuknya sepertishakuhachi yang berasal dari Jepang. Seruling Divje Babe yang terbuat dari tulang paha berunag gua, yang diperkirakan sudah dipakai sekitar 40.000 tahun yang lalu. Berbagai jenis seruling dan alat musik yang terbuat dawai atau senar telah ada sejak jaman Peradaban Lembah Sungai Indus , India memiliki salah satu tradisi musik tertua di dunia yang berasal dari kitab Weda . Pengumpulan paling awal dan terbesar alat musik prasejarah ditemukan di Cina dan tanggal kembali ke antara 7000 dan 6600 SM. Lagu-lagu Hurrian / Hurrian songs adalah kumpulan musik tertulis dalam tulisan kuno yang digali dari Hurrian di kota Ugarit yang diperkiarakan telah ada sekitar 1400 SM
Terapi
Terapi musik adalah proses interpersonal yang menggunakan musik untuk terapi aspek-fisik, emosional, mental, sosial, estetika, dan spiritual untuk membantu pasien dalam meningkatkan atau mempertahankan kesehatan mereka. Dalam beberapa kasus, kebutuhan pasien ditangani langsung melalui musik; di kesempatan lain mereka ditangani melalui hubungan yang berkembang antara pasien dan terapis. Terapi musik digunakan oleh individu dari segala usia dan dengan berbagai kondisi, termasuk untuk gangguan kejiwaan, masalah medis, cacat fisik, gangguan sensorik, cacat perkembangan, penyalahgunaan zat, gangguan komunikasi, masalah interpersonal, dan penuaan. Hal ini juga digunakan untuk meningkatkan konsentrasi belajar, meningkatkan harga diri, mengurangi stres, mendukung latihan fisik , dan memfasilitasi sejumlah aktivitas lainnya yang berhubungan dengan kegiatan kesehatan.
Salah satu yang paling awal menyebutkan terapi musik adalah di (c. 872-950) Al-Farabi. Makna risalah dari Akal, yang menggambarkan efek terapi musik di jiwa. Musik telah lama digunakan untuk membantu orang dalam mengatasi emosi mereka. Pada abad ke-17, sarjana Robert Burton dalam The Anatomy of Melancholy berpendapat bahwa musik dan tari sangat penting dalam mengobati penyakit mental, terutama melankoli. Dalam catatannya musik yang memiliki "kekuatan yang sangat baik ... untuk mengusir penyakit" dan menyebutnya bahwa "obat sangat ampuh dalam melawan keputusasaan dan melankolis." Dia menunjukkan bahwa pada zaman purbakala, Canus, pemain biola Rhodian, menggunakan musik untuk "membuat seorang pria melankolis bergembira, ... kekasih lebih terpikat, seorang yang religius lebih saleh."  Pada bulan November 2006, Dr Michael J. Crawford dan koleganya juga menemukan bahwa terapi musik membantu pasien skizofrenia. Dalam Kekaisaran Utsmaniyah, penyakit mental diobati dengan musik.